
|
Hj. Chandra Motik Yusuf Djemat (Foto: Suara Karya Online) |
DR. Chandra Motik Yusuf Djemat, SH. MSc.
TNI/Polri Pilar Utama Selamatkan Muka Republik
Jakarta, Otonominews,- Meski realitas keadaan perpolitikan kita sudah jauh berbeda dengan era orde baru ternyata krisis multidimensi saat ini belum juga berakhir. Bahkan, kata DR. Chandra Motik Yusuf Djemat, seorang pakar Hukum Laut, masyarakat kita nyaris kehilangan keseimbangannya karena terpaan keterpurukan, penderitaan serta kejenuhan melihat situasi saat ini.
Hal ini disampaikan Chandra Motik saat memberi sambutan pada Dialog Civil Society Tentang TNI/Polri yang bertajuk; "Langkah Mewujudkan TNI/Polri yang Kuat Dan Simpatik" di Jakarta baru-baru ini.
Selaku Ketua Yayasan Abdi Nusa Bangsa Chandra Motik meraskan semakin beratnya tantangan bangsa ini , terutama di bidang ekonomi, gangguan keamanan dan ketertiban.
Cahndra Motik memberi contoh konkrit betapa beratnya kehidupan masyarakat kita saat ini yaitu; tingginya angka kriminalitas di kota-kota besar, suburnya separatisme di beberapa daerah, serta merajalelanya korupsi dan penyalahgunaan wewenang dan jabatan dan berbagai tindakan lainnya yang sifatnya merugikan bangsa dan negara.
Dalam situasi dan kondisi seperti ini, Chandra Motik berpendapat perlunya TNI/Polri yang kuat. "Salah satu pilar utama bangsa yang masih utuh saat ini yang masih bias diharapkan untuk menyelamatkan muka republik adalah TNI/Polri,"tegas wanita berdarah Palembang ini seraya mengatakan bahwa sejak berakhirnya orde baru keberadaan TNI/Polri tidak mendapat support dari masyarakat.
Pada realitas lain memang kewibawaan TNI/Polri agak terpuruk yang disebabkan isu dan persoalan yang menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM) yang hingga kini belum juga tuntas, semisal Kasus Timor-timur, Tanjung Priok, Trisakti dan Semanggi. Atau bahkan kasus-kasus HAM berat lainnya yang sampai saat ini belum tuntas.
"Supaya posisi TNI/Polri kembali berwibawa kuat dan mendapat simpati dari rakyat. Maka TNI/Polri juga harus betul-betul ada perbaikan di internal sendiri sehingga bisa bercermin mana yang buruk dan yang baik yang pernah dilakukan di masa lalu, "kata Chandra Motik yang juga Ketua Yayasan Genta Sriwijaya mengakhiri sambutannya. (HRN).
Kakanwil Depkeh & HAM Gorontalo Djuanda Husin, SH:
Kami Siap Laksanakan RANHAM
Jakarta Otonomi News, Seluruh jajaran Kanwil Departemen Kehakiman Dan HAM Propinsi Gorontalo siap melaksanakan seluruh kebijakan yang telah ditentukan oleh Pusat, yakni masalah program aksi Nasional tentang HAM (RANHAM). Demikian di ungkapkan Kakanwil Depkeh Dan HAM Gorontalo Djuanda Husin, SH kepada Otonomi News ketika ditemui seusai penutupan Rakornas tentang Rencana Aksi Nasional HAM ( RANHAM ) di Jakarta baru-baru ini.
Dalam keterangan lebih lanjut Djuanda Husin yang merupakan Kakanwil termuda di Indonesia ini mengatakan: "Walaupun Gorontalo merupakan Propinsi baru berikut lembaga dibawahnya termasuk Kanwil Depkeh dan HAM, akan tetapi kami siap melaksanakan program yang telah digariskan oleh Pemerintah Pusat /Depkeh Dan HAM dan lebih khusus lagi tentang RANHAM sebagai agenda Nasional ."
Persoalan LAPAS
Mengenai jumlah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang ada di Propinsi Gorontalo saat ini Djuanda mengatakan bahwa Gorontalo baru mempunyai satu Lembaga Pemasyarakatann (Lapas) dengan katagori 2 B , dan sekarang sedang di siapkan seluruh infrastruktur Lapas Balemo yang akan digunakan pada tahun 2004.
"Soal Lapas terbuka yang sekarang ditetapkan menjadi salah satu program Dirjen Lapas Depkeh dan Ham saat Rakornas itu dalam waktu dekat ini propinsi Gorontalo belum begitu membutuhkan Lapas terbuka, namun bila dipandang perlu tentu akan direalisasikan sesegera mungkin,"tegas Djuanda.
"Menyangkut persoalan peredaran Narkoba dikalangan Narapidana dan kerap melibatkan petugas Lapas, hal ini sudah menjadi masalah Nasional, dan bilamana ada petugas Lapas yang terlibat maka kami tak segan-segan memberi tindakan yang sangat tegas,"ujar Djuanda dengan nada yang tinggi. (FDL).
|
Alzier saat Menjabat Tangan Sang Ketua Umum PDIP |
Alzier Gubernur Lampung Terpilih Namun Terganjal
Jakarta, Otonominews,- Kisah sukses karena terpilih menjadi gubernur Lampung atas pilihan rakyat pada 30 Desember 2002 ternyata terganjal oleh penolakan Menteri Dalam Negeri. Sesuai jadual, sebenarnya Alzier harus dilantik pada 25 Januari 2003, sembari menunggu pelantikan itu, namun yang datang justru Keputusan Presiden(Keppres) pada 27 Januari 2003 yang jelas-jelas sebuah keputusan tentang penolakan atas diri Alzier menjadi orang nomor satu di Lampung, padahal ia memperoleh suara tertinggi yaitu 39 suara.
Belum usai rasa gembira pasangan Alzier-Ansyori, mereka kini dalam pengamanan cukup ketat dari aparat. Kenapa kemenangan Alzier terganjal? Berbagai rumor dan opinipun terus menyudutkan Alzier, seorang putera daerah, aktifis dan pentolan PDIP di propinsi Lampung. Penolakan terhadapnya dari sang Ketua Umum PDIP yang kebetulan sang Presiden sesungguhnya merupakan fenomena politik yang cukup unik, ganjil sekaligus menyakitkan.
Dari kisah penolakan tersebut barangkali lalu muncul sebuah buku bertajuk "Alzier Fenomena Politik di Era Reformasi." Buku setebal 263 halaman yang dikemas cukup manis juga ditonjolkan gambar depan(cover) seorang Alzier dengan nama panjangnya Muhammad Alzier Dianis Thabrani Daud sedang berjabatan tangan dengan Megawati Sukarno Puteri. Kejadian politik menarik ini memang sangat fenomenal di era reformasi saat ini. Apa pasalnya?
Saat peluncuran buku awal Juni 2003, sempat memberikan ulasan yaitu pengamat politik Dr Fachri Ali dan pakar hukum tata negara, Prof. Jimly As-Shidiqi, sementara moderatornya putera lampung juga Dr. Nasir Tamara. Buku yang berisi tentang kisah bagaimana Alzier berjuang menjadi sosok yang diperhitungkan melalui prosedur pemilihan gubernur Lampung semuanya ia patuhi bahkan pada saat ia meraih suara terbanyak menyingkirkan lawan-lawannya.
Cerita pahit memang tak hanya soal penolakan ia menjadi gubernur Lampung, tapi lebih memprihatinkan lagi Alzier dijemput paksa oleh polisi dan diterbangkan ke Jakarta. Muhammad Thabrani Daud ayah kandung Alzier tak kuasa menahan rasa emosinya menghadapi kejadian itu. "Anak saya bukan garong, bukan pencuri, kalau ingin menegakkan hukum kenapa tidak dilakukan secara manusiawi,"tanya Thabrani dengan nada sangat kesal. (lihat hal. 11-12).
Kalau disimak perjalanan karier Alzier sebenarnya tergolong tokoh yang cukup sukses menempuh dari bawah. Menurut shohibul hikayat, nenek moyang Alzier dan Megawati mempunyai hubungan sekampung. Meski demikian Alzier tak mampu meluluhkan hati sang Ketua Umum sendiri. Alzier yang lahir di Jogjakarta pada 8 Nopember 1957 dari pasangan Muhammad Thabrani Daud Nur Almah sudah terjegal jadi Gubernur Lampung, menururt buku yang diberi kata pengantar oleh Ketua Kadin, Abu Rizal Bakri tersebut, kini terkena sakit pula.
Alzier yang memiliki enam saudara sebenarnya menempuh pendidikan yang cukup ketat terutama pendidikan agama dari sang ayah. Ketika Alzier menginjak remaja dan sebagai anak seorang Wali Kota waktu itu namun sifat dan sikap Alzier tetap gaul tanpa memilih-milih kawan. (lihat hal. 90). Meski orang lampung yang lahir di Jogjakarta, Alzier sekolah di SMPN 3 Jakarta pada 1975. SMA-nya ditempuh di Jogjakarta. Sedang kuliahnya ditempuh di Unpad Bandung
Karier bisnisnya dimulai sejak tahun 1980-an di lampung mengambil bidang kontraktor dan pengadaan di deptrans. Jatuh bangun bisnis yang ia geluti sehingga pada tahun 2000 memegang distributor pupuk PT Pusri lewat CV Wisata. (hal. 93). Ternyata, dari perusahaan inilah alasan yang dipakai untuk mengungkit ungkit langkah Alzier ke kursi Gubernur.
Apa sebenarnya alasan truf lawan-lawan Alzier lewat perusahaan tersebut? Dalam buku ini dibeberkan tuntas bahwa Alzier dituduh melakukan pemalsuan DO (Delivery Order). Kendati setelah pemeriksaan tuduhan tersebut tidak cukup bukti untuk menjadikan Alzier tersangka. Menurut buku yang tertulis di halaman 95-101 ternyata Alzier selain pebisnis juga pentolan orang Kadinda di propinsi Lampung sampai tahun 2005. Ia juga ketua Puskud (Pusat Koperasi Unit Desa) dan pengurus DPD HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia).
Ada kelebihan Alzier yang sampai sekarang menjadi tabiaatnya, ia tidak pernah membeda-bedakan orang apa ia sopir, kawan, ataupun stafnya. "Kalau ia menginap di hotel berbintang, dari sopir hingga stafnya juga ditempatkan di tempat yang sama dengan jenis kamar yang sama pula,"tutur Agus yang sudah ikut Alzier selama 22 tahun.
Dengan terganjalnya Alzier sebagai Gubernur Lampung terpilih, karena dituduh pemalsuan, tamatkah kariernya di dunia politik? Jawabannya memang tidak mudah. Tapi yang jelas Alzier dan sepak terjangnya baik di bisnis, partai politik PDIP maupun di masyarakat tetap menjadi fenomena yang dicatat oleh sejarah. Demikian kata Jimly As-Shidiqi pada saat peluncuran buku dan membedahnya di Jakarta Juni 2003 lalu.
Dalam akhir tulisan buku Alzier ini tercantum banyak dokumen-dokumen dari kasus-kasus hukum Alzier serta lampiran-lampiran fakta. Bahkan di paling akhir buku itu juga dilengkapi dengan foto-foto Alzier sejak ia kecil bersama keluarga sampai bersama kawan dekat, stafnya serta para pengacara yang mendampingi Alzier. Lantas bagaimana kelanjutan cerita fenomenal seorang Alzier saat ini? Apa pengaruhnya bagi perolehan suara PDIP pada Pemilu 2004 yang akan datang? Jawabnya: "Baca Buku ini dulu, lalu analisa masing-masing, maka jawabannya masing-masing pula." (HZ).
|